Flash Fiction

Kita

Setiap hari, kebanyakan merupakan hari-hari yang terlupa. Matahari terbit, hari berjalan. Kasual . biasa . lalu matahari tenggelam, diigantikan rembulan lalu berganti hari esok . klasik.


Tapi tidak ketika aku berganti menjadi kita. Ya, kita. Kita pernah ditakdirkan untuk bersama, waktu itu. Walau ternyata tidak sampai hari ini. Kamu, aku.kita tidak sempurna . tapi pribadimu yang bersemangat,menggebu,dan sederhana mengajarkanku tentang banyak arti. Tentang hidup,mimpi dan cita-cita. Kita pernah berlomba melompat tertinggi, tertawa lepas bersama, memandang malu-malu. Dan penampilanmu  yang sederhana namun rapi adalah bonus bagiku. Aku suka menyesap bau parfum yang bercampur dengan keringatmu .  Aku suka kemeja abu-abu bermotif kotak-kotak milikmu, sepatu sneakers yang kau kenakan dan cara mu menata rambut. 


Aku, dengan segala kecerobohanku adalah santapan tertawamu setiap kita bertemu. Bertemu, lalu saling menertawakan kebodohan satu sama lain . ah,bodoh,klasik ,seru dan sederhana . itulah hal yang menggambarkan kita. Di waktu itu, kita berjanji untuk mencoba berbahagia, membahagiakan satu sama lain. Aku tidak berjanji akan membahagiakanmu selamanya, begitupun kamu. Kita hanya berjanji untuk mencoba dan berusaha. “selama masih ada kata kita. Maka disanalah kita saling berbagi bahagia juga duka”  . dan aku bahagia karenamu. dan katamu, kamu bahagia dengan keberadaanku. Disana aku pikir, kita adalah kepingan puzzle yang terpecah,terpisah lalu sempurna dan lengkap karena bertemu satu sama lain.


Namun ternyata dua orang egois yang bertemu, yang pernah berusaha saling membahagiakan. Berusaha mengembalikan dulu,cerita manis yang lalu namun ternyata tidak menemukannya. Pada akhirnya terseok-seok membangun bahagia yang lalu dalam perasaan yang tak lagi sama. Dan Kita pun berubah, aku sadar bukan kamu yang berubah.bukan pula aku. Tapi dua ego dalam diri kita yang menonjolkan dirinya. Dan disinilah kamu, si sederhana namun berkepala batu. Juga aku,si keras hati.
Sejujurnya, kita memang saling menyayangi juga terbiasa dalam kebersamaan. Dan ternyata aku mencintai kita, lebih dari sekedar mencintai kamu. Tapi ketika menyayangi dan kebersamaan dikalahkan oleh keras hati,ego dan kepala batu. Disinilah kita, menamatkan cerita kita. Merubah Kita menjadi Aku, Kamu.  


Haruskah kita saling pergi, hilang lalu lupa satu sama lain? Bahagia, maafkan kita yang berkhianat..Cinta,maafkan kami yang egois.. Dan takdir..aku,dia akankah kembali satu?

Komentar

Postingan Populer