Dua dan Tiga Puluh
Saya Seila. 2 tahun, seperti anak-anak pada umumnya, saya suka sekali berlarian sana-sini. Saya suka sekali melihat gelas bening yang berkilau, didalam nya kadang berisi air jernih dengan es batu, kadang berisi air berwarna-warni. Kata ibu, namanya sirup.
Kalau sudah begitu, saya akan senang sekali meraih si gelas, niat hati cuma penasaran dan ingin mencicipi. Tapi yang ada, si gelas malah terjatuh.. praanggg!! Pecah dan isi nya yang berwarna-warni akan berserakan di ubin beserta serpihan bening kecil-kecil. Sampai disitu, saya masih penasaran. Ingin mengambil serpihan-serpihan kecil itu. Tapi, sudah pasti ibu akan marah dan bilang kalau itu bahaya.
"Kenapa ya orang dewasa sering sekali bilang bahaya?" Bahaya.. bahaya.. bahaya..
Begitu selalu saya dengar setiap hari.
Pernah juga suatu hari, saya menemukan benda kecil. Kata ayah sih namanya paku. Saya ambil dari kotak perkakas, beserta palu nya. Saya ingin memperbaiki pintu. Saya lihat, ayah sering memasang paku katanya sih memperbaiki sesuatu.
"Sesuatu itu apa ya? Ah saya tidak tau, saya mau coba juga ah menggunakan paku.."
Baru sebentar saya menenteng palu, ibu sudah berteriak-teriak. "Aduuuhhh bahaya itu bahayaaa.. kamu bisa berdarah, bisa ketiban..bahayaaa"
Saya makin heran, kenapa ibu sering sekali bilang pusing, dan bilang bahaya. Kenapa ya orang dewasa sering pusing? Katanya pusing kalau melihat saya suka mengerjakan yang bahaya.
Hari ini, saya. 30 tahun. Sering saya melihat anak kecil, anak saya sendiri. Yang suka sekali menenteng gelas kaca berisi air bening, suka sekali memanjat tempat-tempat tinggi, suka sekali melihat kilau ujung pisau, suka sekali mengulung-gulung kabel listrik.
Pusing? Sudah pasti.
Saya, 30 tahun. Kini tau pusing nya dunia orang dewasa, juga paham rasa ingin tau nya dunia anak-anak.
Saya, 30 tahun. Sedang berganti peran, sesekali saat saya pusing, saya pandangi anak saya lekat-lekat. Ia seperti saya bertahun-tahun lalu. Rasa-rasanya, saya kini sedang mengurus saya kecil puluh tahun yang lalu.
Kalau sudah begitu, saya akan senang sekali meraih si gelas, niat hati cuma penasaran dan ingin mencicipi. Tapi yang ada, si gelas malah terjatuh.. praanggg!! Pecah dan isi nya yang berwarna-warni akan berserakan di ubin beserta serpihan bening kecil-kecil. Sampai disitu, saya masih penasaran. Ingin mengambil serpihan-serpihan kecil itu. Tapi, sudah pasti ibu akan marah dan bilang kalau itu bahaya.
"Kenapa ya orang dewasa sering sekali bilang bahaya?" Bahaya.. bahaya.. bahaya..
Begitu selalu saya dengar setiap hari.
Pernah juga suatu hari, saya menemukan benda kecil. Kata ayah sih namanya paku. Saya ambil dari kotak perkakas, beserta palu nya. Saya ingin memperbaiki pintu. Saya lihat, ayah sering memasang paku katanya sih memperbaiki sesuatu.
"Sesuatu itu apa ya? Ah saya tidak tau, saya mau coba juga ah menggunakan paku.."
Baru sebentar saya menenteng palu, ibu sudah berteriak-teriak. "Aduuuhhh bahaya itu bahayaaa.. kamu bisa berdarah, bisa ketiban..bahayaaa"
Saya makin heran, kenapa ibu sering sekali bilang pusing, dan bilang bahaya. Kenapa ya orang dewasa sering pusing? Katanya pusing kalau melihat saya suka mengerjakan yang bahaya.
Hari ini, saya. 30 tahun. Sering saya melihat anak kecil, anak saya sendiri. Yang suka sekali menenteng gelas kaca berisi air bening, suka sekali memanjat tempat-tempat tinggi, suka sekali melihat kilau ujung pisau, suka sekali mengulung-gulung kabel listrik.
Pusing? Sudah pasti.
Saya, 30 tahun. Kini tau pusing nya dunia orang dewasa, juga paham rasa ingin tau nya dunia anak-anak.
Saya, 30 tahun. Sedang berganti peran, sesekali saat saya pusing, saya pandangi anak saya lekat-lekat. Ia seperti saya bertahun-tahun lalu. Rasa-rasanya, saya kini sedang mengurus saya kecil puluh tahun yang lalu.
Komentar
Posting Komentar