Pria Seratus Dua Puluh Hari
Ini adalah perpisahan.
Ya.
Klasik.perpisahan.drama. melankolis.
Mungkin kamu enggan membaca nya
Tapi biarlah.
Apa peduli mu? Apa peduli kalian?
Siapa aku? Siapa kamu?
Hanya seratus dua puluh hari kita
pernah berbagi kisah.
Hanya kisah. Tidak lebih.
Kamu,
Mengenalku dari seratus dua puluh
hari yang kita lalui
Aku,
Tau kamu dari seratus dua puluh
hari yang selalu kamu kisahkan mulai
pagi hingga lelapmu.
Dan Hey!
Wahai pria seratus dua puluh
hari..
Jenuh kah kamu? Habiskah kisahmu?
Ah..bukan kah aku pernah
berkonklusi bahwa tiap-tiap manusia adalah kisah?
Bahwa ketika nafas dan detakmu
masih ada, dirimu akan selalu menjadi kisah.
Bahkan walaupun mati menghampiri
masing-masing dari kita, perjalanan itu masih bisa kita namakan kisah?
Tak mungkin habis kisahmu.
Lalu apa?
Wahai pria seratus dua puluh
hari, aku lelah berkonklusi..
Aku lelah berspekulasi..
Aku lelah menanti kisahmu..
Namun hey,
Kepergian mu
Yang nyaris tanpa kata..
Tanpa aku tau apa..
Akan selalu menjadi kisah.
Ya, kepergian bisu mu adalah
kisah.
Kisah yang ku beri judul..
Kenapa?
Komentar
Posting Komentar